Category Archives: Rangkaian Kreasi

Rangkaian Relay

Rangkaian Relay adalah rangkaian elektronika yang dapat kita gunakan untuk mengendalikan sesuatu dari jarak jauh. Relay sendiri merupakan saklar magnetis yang paling sering digunakan pada setiap rangkaian elektronika. Dalam dunia elektronika, relay sangat berperan penting dalam suatu rangkaian karena dapat mengontrol rangkaian beban arus tinggi dengan arus yang rendah.

Dengan menggunakan rangkaian relay, kita juga tidak perlu capek untuk mengontrol ataupun mengoperasikan suatu perangkat karena dapat kita lakukan dari jarak jauh sehingga nantinya dapat mempermudah dan memperlancar pekerjaan. Biasanya, rangkaian relay terdapat pada televisi, transmitter, sound system, rangkaian bel, lampu taman otomatis, pengendali peralatan listrik dan perangkat elektronika lainnya.

Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas sebuah rangkaian relay dengan menggunakan beberapa komponen elektronika. Sebelum membuat rangkaian menggunakan relay, kita harus mengumpulkan beberapa komponen yang nantinya akan dipergunakan, diantaranya :

  • Relay 5 Volt
  • Baterai 9 Volt
  • Saklar Toggle
  • Lampu

Berikut ini gambar skema rangkaian relay

Rangkaian Relay

Cara kerja rangkaian relay diatas nantinya terdiri dari satu kontak Normally Open (NO) dan satu kontak Normally Close (NC) juga tidak ketinggalan kontak diam yang dihubungkan dengan pluger. Yang dimaksud dengan NO disini adalah dalam keadaan tidak aktif terbuka, sedangkan yang dimaksud dengan NC adalah dalam keadaan tidak aktif tertutup.

Pada gambar di atas juga dapat kita lihat, rangkaian beban nantinya akan dihubungkan dengan kontak diam dan kontak NO. Selanjutnya, Saklar Toggle SW5 pada kondisi awal dalam keadaan terbuka. Ini dimaksudkan agar arus dari baterai 9 volt tidak mengalir dan relay tidak aktif sehingga rangkaian beban juga ikut tidak aktif. Ketika saklar SW5 kita tutup maka relay secara otomatis akan aktif, posisi kontak NO akan tertutup dan rangkaian beban akan aktif, lampu yang kita hubungkan juga akan menyala dan seterusnya.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian relay, semoga apa yang kami bahas kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Baca juga artikel elektronika lainnya, seperti Rangkaian Op Amp dan Rangkaian Timer.

Rangkaian Op Amp

Rangkaian Op Amp (Operational Amplifier) adalah komponen elektronika analog yang paling banyak digunakan pada setiap rangkaian elektronika. Contoh dari pemakaian op amp adalah rangkaian inverter, rangkaian non-inverter, rangkaian integrator dan rangkaian differensiator. Jenis rangkaian op amp terbagi menjadi 2 rangkaian feedback, yaitu rangkaian feedback negatif dan rangkaian feedback positif. Feedback negatif memiliki peran penting dimana umpan balik negatif menghasilkan penguatan yang dapat diukur.

Op amp sendiri merupakan penguat diferensial yang memiliki dua masukan. Input op amp sering dinamakan sebagai input inverting dan non-inverting. Op amp ideal memiliki open loop gain yang tak terhingga besarannya. Seperti halnya op amp LM741 yang sering digunakan oleh banyak praktifi elektronika, memiliki karakter tipikal open loop gain sebesar 104 -105. Dengan gain sebesar itu membuat op amp menjadi tidak stabil dan penguatan menjadi tidak terukur. Disinilah pentingnya rangkaian negative feedback, sehingga op amp yang sudah dirangkai menjadi aplikasi dengan nilai penguatan yang terukur.

Gambar Skema Rangkaian Op Amp

Rangkaian Op Amp

Dalam melakukan analisa rangkaian op amp berdasarkan karakteristik op amp ideal kita harus mengetahui aturan yang penting, yaitu

  • Perbedaan tegangan antara input v+ dan v- adalah nol.
  • Arus pada input op amp adalah nol.

Op amp juga bisa digunakan untuk membuat rangkaian dengan respon frekuensi, contohnya adalah rangkaian penapis (filter) yang terdapat pada rangkaian integrator. Rangkaian dasar sebuah integrator adalah rangkaian op amp inverting, hanya saja rangkaian feedbacknya bukan merupakan resistor melainkan menggunakan kapasitor. Dari sinilah kita mengetahui tegangan keluaran rangkaian ini merupakan fungsi integral dari tegangan input. Sesuai dengan nama penemunya, rangkaian ini dinamakan rangkaian Miller Integral. Aplikasi yang paling populer menggunakan rangkaian integrator adalah rangkaian pembangkit sinyal segitiga dari inputnya yang berupa sinyal kotak.

Uraian diatas merupakan penguat op amp ideal. Beberapa hal yang mesti kita perhatikan pada rangkaian op amp adalah Tegangan Ofset (Ofset Voltage), Arus Offset (Offset Current), Arus Bias (Bias Current) dan lain sebagainya. Pada umumnya tidak ideal op amp dan bagaimana cara mengatasinya sudah diterangkan pada datasheet op amp dan hal ini spesifik untuk masing-masing pabrikan.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian op amp, semoga rangkaian kali ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca setia. Baca juga artikel rangkaian menarik lainnya, seperti Rangkaian Timer dan Rangkaian Remote Control.

Rangkaian Remote Control

Rangkaian Remote Control adalah rangkaian yang terdiri dari dua bagian, yaitu pemancar dan penerima. Remote control skematik adalah diagram yang paling sederhana. IC pemancar yang terdapat pada rangkaian pemancar nantinya dikendalikan oleh NE555. Sedangkan untuk rangkaian penerima dapat kita kendalikan dengan frekuensi sinyal yang dipancarkan oleh rangkaian pemancar. Frekuensi sinyal yang dikirimkan harus sama dengan decorder dari rangkaian penerima.

Kali ini saya akan membahas rangkaian remote control lampu. Berikut ini gambar skema rangkaian dan daftar komponen yang diperlukan :

Rangkaian Remote Control

Daftar Komponen Rangkaian Remote Control

R1 = 220K
R2 = 470K
R3 = 33K
R4 = 180K
R5 = 47K
R6 = 22K
R7 = 180K
R8 = 470 ohm
R9 = 47K
R10 = 560 ohm
R11 = 6,8K
C1 = 4,7KpF
C2 = 10KpF
C3 = 33KpF
C4 = 10mF
C5 = 1mF
C6 = 100mF
PT = Photo Transistor PT-500
T1 – T4 = CS9014
T5 = CS9013
D1 = 1N4148
D2 = 1N4002
IC = SN7473
RELAY = 6 Volt DC
Lampu Pijar AC 220 Volt

Cara membuat rangkaian remote control di atas, yaitu siapkan semua kompoen yang sudah ditentukan dan sebuah papan PCB baru dapat anda beli di toko elektronika. Setelah semuanya sudah lengkap, pasanglah komponen resistor terlebih dahulu kemudian kapasitor. Ingat pemasangan komponen Elco jangan sampai terbalik polarisasinya. Setelah semua komponen telah disolder dengan baik, pasang komponen Dioda, Transistor, Photo Transistor dan IC. Jangan sampai semua kaki pin transistor dan IC dipasang terbalik, apabila terjadi maka akan berakibat fatal.

Solderlah semua komponen tadi dan satukan. Setiap kaki komponen dengan menggunakan kabel kecil dan terakhir pasanglah relay 6 Volt DC. Pada kaki pin 1 dan pin 2 SW output dari relay kita sambungkan ke lampu TL AC 220 Volt dan ingat jangan sampau salah dalam pemasangan. Ikuti petunjuk yang sudah ada pada gambar rangkaian diatas.

Setelah semua komponen telah di pasang dengan benar, alirilah tegangan supply DC 12 Volt untuk rangkaian yang baru kita buat untuk menguji apakah rangkaian bekerja dengan baik gunakanlah remote control apa saja, seperti remote tv, dvd dan remote lainnya. Jika rangkaian terpasang dengan benar, maka akan terdengar suara saklar relay yang aktif. Setelah semuanya aktif, sambungkan stop kontak kabel lampu TL AC 220 Volt pada jala-jala PLN dan tekan salah satu remote control kemudian lihat hasilnya. Jika benar, lampu TL akan menyala sesuai dengan intruksi dari remote control, bila ingin memadamkan lampu tekanlah sekali lagi tombol yang ada pada remote control maka otomatis lampu akan padam.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai rangkaian remote control, semoga rangkaian kali ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi pengunjung setia http://www.rangkaianelektronika.org. Baca juga artikel elektronika lainnya, seperti Rangkaian Penyearah dan Rangkaian Lampu Berjalan.

Rangkaian Penyearah

Rangkaian Penyearah adalah rangkaian yang berfungsi sebagai penyearah gelombang arus listrik. Arus listrik yang berasal dari jala-jala PLN awalnya berupa arus bolak-balik (AC), nah jika kita menggunakan rangkaian penyearah ini, maka arus yang dulunya AC akan dirubah menjadi arus searah (DC). Contohnya adalah sinyal yang pada umumnya berbentuk sinusoidal dan mempunyai dua arah gelombang, yaitu positif dan negatif. Dengan menggunakan rangkaian penyearah, kita dapat menjadikan sinyal yang awalnya dua arah menjadi satu arah.

Di dalam rangkaian penyearah terdapat dua metode penyearah, yaitu penyearah setengah gelombang (Half-Wave Rectifier) dan penyearah gelombang penuh (Full-Wave Rectifier).

  • Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang

Rangkaian Penyearah

Pada rangkaian diatas, rangkaian penyearah hanya menggunakan satu buah dioda. Dioda akan berfungsi sebagai kawat pada saat diberi bias maju maka akan berfungsi sebagai saklar terbuka. Maksud dari bias maju adalah pada terminal anodanya diberi catu daya positif kemudian terminal katodanya diberi catu negative. Intinya arus listrik bisa mengalir apabila searah dengan arah panah, apabila kita pasang berlawanan maka arus tidak bisa mengalir.

Gelombang masukan yang terdapat pada rangkaian setengah gelombang adalah gelombang yang berada dibagian bawah, sedangkan gelombang keluaran adalah yang pada bagian atas. Pada saat siklus positif tegangan yana jatuh pada terminal output idealnya adalah sama dengan tegangan supply, atau tegangan supply – 0,7 V (Dioda silicon) serta tegangan supply – 0,3 V (Dioda germanium). Hal ini terjadi karena dioda diberi bias maju sehingga arus listrik akan melewati dioda bagaikan seutas kawat. Sedangkan pada saat siklus negative, tegangan output hampir sama dengan 0 volt dikarenakan dioda diberi bias mundur (bias reverse) sehingga dioda bekerja bagaikan kawat yang terputus atau saklar yang terbuka.

  • Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh

Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh

Rangkaian ini sangat berbeda dengan rangkaian penyearah setengah gelombang. Bedanya adalah siklus yang terdapat dalam rangkaian akan dimanfatkan sebagai gelombang keluaran. Pada rangkaian setengah gelombang ini juga, siklus negative dari tegangan AC input tidak dimanfaatkan sama sekali. Sedangkan pada rangkaian penyearah gelombang penuh, siklus negative dari sinyal input akan tetap lewat dengan mengguankan dioda yang lain. Prinsip kerja rangkaian gelombang penuh hampir sama dengan rangkaian setengah gelombang, bedanya adalah penambahan 3 buah dioda untuk bisa melewatkan arus listrik dari kedua siklus.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian penyearah, semoga pembahasan rangkaian kali ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca setia http://www.rangkaianelektronika.org. Baca juga artikel rangkaian lainnya, seperti Rangkaian Lampu Berjalan, Rangkaian Bel dan Rangkaian PCB.

Rangkaian Lampu Berjalan

Rangkaian Lampu Berjalan adalah rangkaian elektronika yang berfungsi sebagai lampu hias. Rangkaian ini juga banyak digunakan sebagai hiasan rumah pribadi ataupun tempat-tempat istimewa seperti restaurant, taman dan juga cafe. Saat ini, lampu berjalan juga sudah di jadikan sebagai hiasan kota pada malam hari, sehingga menjadikan kota tersebut terlihat menarik dan indah.

Prinsip kerja rangkaian lampu berjalan pada dasarnya hampir sama dengan rangkaian lampu hias, yakni sama-sama memanfaatkan kondisi keluaran yang bergantian sehingga dalam kondisi tersebut bisa kita buat kombinasi yang bervariasi antara lampu yang satu dengan lampu lainnya. Apalagi kombinasi yang sudah kita buat cocok dengan penataan warna yang sesuai maka akan terciptalah keindahan yang sedap untuk dipandang mata.

Lampu berjalan merupakan rangkaian elektronika sederhana yang dapat mengontrol nyala lampu. Rangkaian lampu juga dapat digunakan untuk menyalakan lampu LED maupun lampu DC. Lampu berjalan dapat dijalankan dengan sumber tegangan DC 12 Volt hingga tegangan 24 Volt sesuai dengan beban yang kita gunakan. Untuk membuat rangkaian ini sebenarnya cukup dibilang mudah, karena kita tidak perlu menguras pikiran untuk melakukan analisis kerja agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Yang kita butuhkan hanyalah rangkaian yang dapat menghasilkan sinyal clock dan rangkaian shift register atau rangkaian penghasil keluaran. Contoh untuk rangkaian yang dapat menghasilkan sinyal clock adalah rangkaian osillator atau rangkaian astable IC. Kemudian untuk mendapatkan rangkaian keluaran yang mempunyai logika bergilir bisa menggunakan IC 4017 atau biasa dikenal sebagai Jhonson Counter yang digunakan pada lampu berjalan.

Gambar Skema Rangkaian Lampu Berjalan

Rangkaian Lampu Berjalan

Daftar komponen yang kita perlukan untuk dapat membuat rangkaian lampu berjalan :

Resistor : R1 (1 Kohm), R2 – R11 (220 ohm) dan VR1 (4K7)
Kapasitor : 10 uF
Led : 10 buah
Integrated circuit : IC1 (NE555) dan IC2 (4017)
Supply 9 volt

Pada gambar skema rangkaian lampu berjalan diatas menggunakan 10 buah lampu LED sebagai indikator keluaran. Untuk kecepatan kedipan lampu sendiri ditentukan oleh nilai R1, C1 dan VR1. Semakin besar nilai dari ketoga komponen tersebut, maka jangka waktu akan semakin lama. Keluaran dari IC 4017 memmpunyai supply arus yang sangat terbatas sehingga kita harus menambahkan rangkaian driver sebagai switching pada arus beban yang lebih besar.

Rangkaian driver bisa menggunakan transistor, SCR ataupun relay. Dengan rangkaian diatas, anda juga dapat menggerakan lampu tegangan tinggi seperti lampu jala-jala PLN yang memiliki tegangan 220 Volt dengan menggunakan SCR sebagai driver. Hanya saja kita harus menyearahkan terlebih dahulu supply PLN 220 volt dengan rangkaian penyearah apabila kita ingin menggunakan SCR. Anda juga bisa menggunakan empat buah dioda 4007 untuk merangkai penyearah tersebut.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian lampu berjalan, semoga rangkaian kali ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca http://www.rangkaianelektronika.org. Baca juga artikel elektronika lainnya, seperti Rangkaian Bel, Rangkaian PCB dan Rangkaian Jembatan Wheatstone.

Rangkaian Bel

Rangkaian Bel adalah rangkaian yang terdapat lampu indikator dimana berguna sebagai isyarat pada saat ditekan. Rangkaian bel memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah bel yang sering dipasang pada bagian pintu rumah, disekolah, kantor dan pabrik-pabrik besar. Bel yang sering di pasang pada bagian pintu bertujuan untuk mengetahui adanya tamu, sedangkan bel yang terdapat di sekolah bertujuan untuk penanda dimulainya jam pelajaran atau bisa sebagai penanda kegiatan berakhir.

Perkembangan bel saat ini telah banyak mengalami peningkatan, tapi yang paling sering digunakan ada dua, yaitu bel listrik dan bel digital. Yang dimaksud bel listrik adalah bel yang menggunakan elektromagnetik. Cara menghubungkan rangkaian bel dengan metode elektromagnetik adalah dengan menjadikan besi yang terdapat dalam bel menjadi magnet sementara yang nantinya berguna sebagai pemukul berulang kali secara cepat sehingga dapat menghasilkan bunyi yang keras. Bel listrik juga merupakan bel yang paling sederhana di antara bel lainnya.

Sedangkan bel digital adalah bel yang sedikit mengalami perkembangan dari bel listrik yang dibuat dengan chip berbentuk microchip yang dapat dimasukan sejumlah data. Namun dalam bel digital, kita harus membutuhkan komponen tambahan, seperti speaker dan amplifier yang digunakna untuk pengeras suara. Kelebihan dari penggunaan bel digital adalah dapat mengeluarkan suara sesuai pengaturan yang kita buat, seperti suara binatang, suara manusia hingga suara bel yang biasa digunakan.

Berikut ini kami tampilkan gambar skema rangkaian bel :

Rangkaian Bel

Daftar komponen yang diperlukan :

R1 = 27 k
R2 = 68 k
C1 = 100 mikro F/12 Volt
C2 = 0,02 mikro F
C3 = 50 mikro F/12 Volt
TR1 = BD136, 2SB243, 2SB493, 2SB474
TR2 = BD135
Speaker = 2 inchi

Rangkaian bel yang kini banyak di kembangkan oleh masyarakat luas adalah bel digital yang banyak di gunakan di sekolah, kantor, pabrik, terminal, stasiun, tempat wisata dan bandara. Itu karena perkembangan teknologi digital yang lebih luas, sehingga memungkinkan orang untuk membuat bel listrik konvensional atau bel otomatis.

Rangkaian bel yang satu ini hanya menggunakan software yang ada di dalam chip untuk menjalankan bel digital. Sehingga dapat di setel sesuai keinginan waktu jam menit dan detik untuk membunyikan bel secara otomatis. Bahkan kita juga bisa merekam sesuai narasi dan dapat di jadikan suara untuk bunyi bel.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian bel, semoga rangkaian kali ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca seti http://www.rangkaianelektronika.org. Baca juga artikel rangkaian lainnya, seperti Rangkaian PCB, Rangkaian Jembatan Wheatstone dan Rangkaian Low Pass Filter.

Rangkaian Audio Mixer

Rangkaian Audio Mixer adalah rangkaian yang biasanya digunakan untuk mengukur sinyal elektrik dari microphone studio, sinyal processor dan tape recorder. Audio mixer sendir berfungsi sebagai alat pencampur dari beberapa audio yang kemudian dikeluarkan menjadi satu audio. Dari beberapa jenis rangkaian audio mixer yang sering dijual di pasaran, beberapa hanya menggunakan op amp. Op amp befungsi untuk menggerakan knob atau tombol dan kemudian mengarahkan kembali sinyal ke tape recorder, monitor power amplifier dan sinyal processor.

Rangkaian audio mixer terdiri dari beberapa bagian penting, yaitu tone control, pre amp dan adder. Selain berfungsi sebagai pencampur beberapa unit audio, audio mixer juga dapat kita gunakna sebagai pemroses data. Audio micer juga dibedakan menjadi dua bagian, yaitu audio mixer analog dan audio mixer digital. Dari kedua audio mixer tadi memiliki fungsi yang hampir sama, yaitu untuk mencampur getaran suara yang dikirim oleh input atau oleh microphone. Input dari audio mixer ada dua jenis, salah satunya input balance (600 ohm) dan input unbalance (1,2 k ohm sampai 47 k ohm).

Gambar Skema Rangkaian Audio Mixer

Rangkaian Audio Mixer

Apabila kita ingin mengartikan rangkaian audio mixer secara luas dapat digunakan untuk berbagai keperluan, sebagai studio rekaman, sistem panggilana publik, sistem penguatan bunyi, dunia penyiaran seperti radio maupun televisi dan juga prosuksi pembuatan film.

Contoh yang paling sederhana adalah suatu pertunjukan musik. Sangat tidak efisien apabila kita hanya menggunakan masing-masing amplifier untuk menguatkan setiap bagian, baik suara vocal penyanyi dan alat-alat musik yang dimainkan oleh band penggiring.
Dari peranan tersebut, mengapa audio mixer menjadi sangat penting karena sebagai titik pengumpul dari masing-masing microphone yang terpasang, mengatur besarnya level suara sehingga keseimbangan level bunyi dari vokal maupun musim akan di capai sebelum kita menggunakan amplifier.

Rangkaian Mixer merupakan salah satu perangkat yang paling populer setelah microphone. Mungkin kebanyakan dari kita menyebutnya dengan mixer karena fungsinya yang memang mencampur segala suara yang masuk, kemudian menyeimbangkannya, menjadikannya dua stereo, kemudian mengirimkannya ke cross-over baru ke power amplifier dan akhitnya ke speaker. Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian audio mixer, semoga rangkaian kali ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca setia. Baca juga artikel rangkaian elektronika lainnya, seperti Rangkaian LDR, Rangkaian Sound System dan Rangkaian Thevenin.

Rangkaian LDR

Rangkaian LDR (Light Dependent Resistor) adalah rangkaian yang sebagian besar komponennya menggunakan resistor yang besar resistansi nilai tahanannya bergantung padaintensitas cahaya yang menutupi permukaan. Biasanya rangkaian ldr kita kenal dengan nama foto resistor, foto konduktor, sel foto konduktif atau komponen lain yang sering digunakan dalam literatur suatu rangkaian.

Apabila intensitas cahaya yang dihasilkan semakin kuat maka nilai tahanannya akan semakin kecil dan makin lemah intensitas cahaya yang dihasilkan. Komponen yang terdapat dalam rangkaian ldr terbuat dari Cadmium Sulphide (CdS). Pada umumnya LDR digunakan sebagai rangkaian sensor cahaya. Fungsi LDR akan tidak bekerja apabila tidak mendapat cahaya yang cukup terang karena komponen yang lain tidak akan menyala.

Pada saat ini telah banyak orang yang menggunakan LDR foto resistor. Komponen yang satu ini tercipta pada abad ke-19 ketika konduktivitas akan selenium ditemukan oleh Smith pada tahun 1873. Sejak saat itu lah di mulai pembuatan beberapa perangkat mulai berkembang. Zat lain yang terdapat pada komponen ini adalah PbS, PbSe dan PbTe yang di pelajari di tahun 1930 dan 1940. Kemudia pada tahun 1952, Rollin dan Simmons mengembangkan LDR menggunakan silikon dan germanuim.

Gambar Skema Rangkaian LDR

Rangkaian LDR

Simbol dari rangkaian ldr adalah penggabungan resistor dan menunjukan bahwa resistor tersebut sensitif terhadap cahaya. Simbol dasar LDR memiliki persegi panjang yang di gunakan untuk menunjukan fungsi resistansinya dan kemudian memiliki dua anak panah masuk yang di gunakan untuk menunjukan sesitivitasnya terhadap cahaya. Sebagian dari LDR menggunakan lingkaran pada resistornya dan sebagian lagi tidak.

Mekanisme rangkaian LDR menggunakan komponen konduktor di antara dua pin. Dan pada saat permukaan terkena cahaya maka akan terjadi perubahan resistansi dari komponen tersebut. Mekanisme dalam ldr yaitu suatu pristiwa perubahan nilai konduktansi bahan semikonduktor pada saat energi foton di serap oleh cahaya. Bahan semikonduktor hanya di gunakan sebagai elemen resistif dan tidak ada koneksi PN-nya.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian LDR, semoga rangkaian tersebut nantinya berguna dan bermanfaat bagi pembaca setia http://www.rangkaianelektronika.org. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Sound System, Rangkaian Thevenin dan Rangkaian Tone Control.

Rangkaian Sound System

Rangkaian Sound System adalah seperangkat rangkaian produksi yang terdiri dari microphone, radio, mixer, amplifier dan speaker monitor. Berdasarkan jenis komponennya, sound system terbagi atas beberapa komponen yang kemudian di rangkai menjadi satu dan digunakan untuk dapat melakukan kegiatan yang berkaitan dengan suara atau bunyi (auditif).

Alat sound system yang bagus dan memiliki kualitas yang baik harus mampu memproduksi audio sebesar 20 Hz sampai dengan 20.000 Hz. Dengan begitu, semua alat lighting seperti microphone, radio, mixer, amplfieri serta speaker monitor dan komponen sound system lainnya harus mampu merespon seluruh bidang frekuensi audio seperti halnya alat yang sudah saya jelaskan tadi. Selain itu, perangkat sound system juga digunakan untuk tujuan-tujuan komersial, seperti stasiun radio, stasiun tv, public address dan masih banyak lagi.

Penggunaan rangkaian sound system terbagi menjadi 2 macam dan masing – masing dapat di gunakan di dalam (indorr) dan di luar (outdorr). Keduaanya sudah jelas sangat berbeda fungsi dan jenisnya. Untuk penggunaan indorr, misalnya power amplifier cukup 50 watt, sedangkan untuk penggunaan outdorr di perlukan power amplifier sekitar 1 – 5 kw yang biasa di berikan oleh Sewa Lighting dan Sewa Musik.

Gambar Skema Rangkaian Sound System

Rangkaian Sound System

Untuk sound system yang menggunakan indorr 5 buah microphone sudah memadi, tetapi untuk penggunaan outdorr nya sekitar 10 – 20 buah microphone. Mengapa untuk penggunaan di luar begitu banyak ? Sebagai contoh , untuk drum saja yang harus membutuhkan minimal 5 buah microphone, itu belum termasuk untuk instrumen lainnya.

Dalam rangkaian sound system sederhana, power amplifier kadang terdapat dalam satu kemasan dengan mixer yang di sebut power mixer atau juga bisa di bilang power amplifier yang tercakup dalam dalam kotak speaker yang lebih kita kenal dengan speaker aktif. Namun betapa rumitnya sebuah sound system tetap akan berada pada prinsip yang stabil.

Pencampuran suara (mixer) untuk indoor 8 trak sudah bisa memadai tetapi untuk outdoor yang menggunakan minimal 24 trak. Tuntutan di atas tentu saja harus tidak mutlak namun bila kita bicara soal kualitas maka tuntutan di atas harus dipandang sebagai tuntutan profesionalitas yang luas. Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian sound system, semoga rangkaian kali ini berguna dan dapat bermanfaat. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Thevenin, Rangkaian Tone Control dan Rangkaian Sirine.

Rangkaian Thevenin

Rangkaian Thevenin merupakan rangkaian teorama yang di gunakan untuk menganalisa sirkuit listrik. Teorama di dalam rangkaian thevenin berguna untuk menunjukan adanya keseluruhan listrik tertentu, kecuali beban yang dapat di ganti dengan sirkuit ekuivalen yang hanya mengandung sumber tegangan listrik independent dengan sebuah resistor yang di hubungkan secara seri, sehingga hubungan antara arus listrik dan tegangan tidak dapat berubah.

Sirkuit skema rangkaian thevenin yang terdapat pada aplikasi teorama di sebut dengan skema ekuivalen thevenin. Dalam skema teorama thevenin di namakan sesuai dengan penemunya, yaitu seorang insinyur yang berkebangsaan Prancis, M. L. Thevenin. Di dalam skema thevenin juga terdapat rangkaian pengganti thevenin, di mana arus yang mengalir serta tegangan yang jatuh pada beban dalam suatu rangkaian elektronika bisa di peroleh.

Rangkaian pengganti yang ada di dalam teorama thevenin berupa tahanan pengganti thevenin (Rth) yang terhubung secara seri dengan tegangan pengganti thevenin (Eth) serta juga di peroleh dari pelepasan beban rangkaian dan melakukan pengukuran pada terminal yang terbuka. Seperti apapun bentuk dari rangkaian elektronika dengan seri atau paralel bisa di gantikan dengan satu buah tahanan.

Gambar Skema Rangkaian Thevenin

Rangkaian Thevenin

Fungsi utama dari rangkaian thevenin adalah menyederhanakan sebagian besar dari sirkuit ekuivalen yang sederhana. Teorama Norton adalah suatu rangkaian listrik yang dapat di sederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber arus yang di hubungkan secara paralel dengan sebuah tahanan ekuivalen pada dua terminal.

Dalam rangkaian thevenin juga terdapat transfer daya maksimum. Transfer daya maksimum terjadi apabila nilai resistansi pada beban sama dengan nilai resistansi sumber, baik di pasang seri dengan sumber tegangan ataupun di pasang paralel dengan sumber arus. Di sini kamu menyarankan supaya anda menggunakan protoboard pada percobaan rangkaian thevenin sehingga anda memahami cara kerja dari rangkaian tersebut.

Untuk dapat memperoleh resistansi pengganti adalah dengan memasukan impedansi dari ujung ujung rangkaian di mana semua sumber tegangan atau sumber arus adi matikan atau di non aktifkan, sumber tegangan itu di gantikan dengan rangkaian short circuit dan rangkaian open circuit.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian thevenin, semoga rangkaian kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Baca juga artikel rangkaian lainnya seperti Rangkaian Tone Control, Rangkaian Sirine dan Rangkaian Hambatan Listrik.