Pengertian Transistor

Pengertian Transistor (Semikonduktor) adalah alat yang banyak di pakai sebagai penguat, sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal dan masih banyak fungsi lainnya. Transistor juga dapat digunakan sebagai kran listrik, dimana arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET) dapat mengalirkan listrik yang sangat akurat dari sumber arus listriknya. Semikonduktor yang satu ini juga memiliki 3 kaki elektroda, yaitu Basis (Dasar), Kolektor (Pengumpul) dan Emitor (Pemancar). Emitor merupakan salah satu terminal yang dapat mengatur arus dan tegangan yang lebih besar dari pada input Basis.

Transistor pertama kali ditemukan oleh sekelompok ilmuan, yaitu William Shockley, John Barden dan W.H. Brattain pada tahun 1948. Akan tetapi komponen ini mulai dikenalkan dan digunakan oleh berbagai perusahaan ternama pada tahun 1958. Transistor sendiri berasal dari kata “transfer” yang berarti pemindahan dan “resistor” yang berarti penghambat. Dari kedua kata tersebut dapat kita artikan bahwa pengertian transistor adalah pemindahan bahan setengah penghantar menjadi suhu tertentu.

Pengertian Transistor

Contoh Gambar Pengertian Transistor

Transistor juga merupakan komponen yang sama pentingnya dengan resistor dalam dunia elektronika modern. Contohnya dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian Analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil dan penguat sinyal radio. Sedangkan dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Yang paling menarik adalah dari beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-rangkaian lainnya.

Demikian penjelasan singkat tentang Pengertian Transistor, semoga artikel kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Fungsi Resistor, Pengertian Resistor, Rangkaian Genset dan Rangkaian Konverter.

Pengertian Resistor

Pengertian Resistor adalah suatu komponen elektronik yang memang di desain mempunyai dua kutub sehingga dapat berfungsi sebagai pengatur tegangan listrik dan arus listrik. Tegangan listrik pada kedua kutub resistor dapat memproduksi resistansi tertentu, berdasarkan hukum ohm nilai tegangan resistansi berbanding dengan arus listrik yang mengalir. Contohnya sebagai berikut :

resistor

Pada saat ini resistor banyak di gunakan sebagai bagian dari rangkaian elektronika dan juga sirkuit elektronik. Karena komponen yang paling banyak digunakan dalam sebuah rangkaian, resistor dapat dibuat dari bermacam-macam kompon dan film, bahkan juga dapat menggunakan kawat resistansi yang terbuat dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel kromium.

Pengertian Resistor

Contoh Gambar Pengertian Resistor

Karakteristik resistor yang paling utama adalah resistansi dan daya listrik yang dapat di hantarkan. Selain itu juga terdapat karakteristik lainnya, seperti koefisien suhu, derau listrik dan induktansi. Keunggulan dalam menggunakan resistor adalah dapat di integrasikan ke dalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu. Karena ukuran dan letak kaki yang bergantung pada desain sirkuit, maka kebutuhan daya resistor harus cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan arus rangkaian agar tidak terbakar.

Resistor memiliki bentuk yang berbeda-beda dan yang paling sering kita jumpai di pasaran adalah berbentuk bulat panjang dan terdapat beberapa lingkaran warna pada badan resistor tersebut. Terdapat 4 lingkaran pada body resistor yang berfungsi sebagai petunjuk nilai hambatan resistor itu sendiri.

Demikian penjelasan singkat tentang pengertian resistor, semoga artikel kali ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Fungsi Resistor, Rangkaian Genset, Rangkaian Konverter dan Rangkaian Bel Pintu.

Rangkaian Genset

Rangkaian Genset atau tepatnya rangkaian ATS genset ini merupakan suatu rangkaian yang akan secara otomatis dapat memindahkan sumber tegangan dari PLN menuju ke generator apabila telah terjadi pemutusan atau putusnya sumber tegangan dari PLN. Apabila kita memiliki catu daya lebih dari satu, serta pula memiliki back up power seperti menggunakan sumber dari PLN atau memiliki back up oleh generator penggerak bensin atau diesel, maka tentu saja kita harus secara bergantian dalam menggunakan kedua sumber tersebut. Biasanya dapat menggunakan handle cam switch atau bisa pula change over switch (COS) untuk melakukan pergantian tersebut.

Namun dalam perkembangannya, dalam dunia elektrikal dewasa ini memang akhirnya dapat membuat beberapa kemudahan, seperti automatic yang lazim disebut dengan auto transfer switch atau ATS yang memiliki fungsi secara automatic dalam memindahkan daya sesuai dengan kebutuhan dengan tanpa harus menggunakan rangkaian genset terutama ATS genset. Selain itu, rangkaian ini juga dapat ditambahkan dengan AMF atau Automatic Main Failure yang biasanya digunakan dalam mengontrol kendali terhadap generator back up yang biasa diberikan untuk memberikan perintah hidup atau pun mati pada mesin generator tersebut.

Gambar Skema Rangkaian Genset

Rangkaian Genset

Di dalam rangkaian ATS tersebut biasanya pula dibedakan atas kapasitas daya yang memang dibutuhkan, atau Phasa serta pula Ampere yang melalui panel tersebut. Untuk membuat rangkaian ini tidak lah terlalu susah, terlebih lagi bagi yang memiliki dasar-dasar mekanik dan juga elektronika. Akan tetapi, pada dasarnya dalam membuat rangkaian genset tentu memerlukan penalaran logika matematika dalam merangkai bebrapa alat, seperti timer, relay, bahkan pula kontraktor. Dan biasanya alat tersebut merupakan alat seperti pemutus hubungan atau saklar.

Fungsi dari rangkaian ini sebenarnya sangatlah sederhana dan juga begitu simpel, rangkaian tersebut akan bekerja pada saat sumber listrik dari PLN mati atau mengalami masalah, sehingga membuat genset akan aktif atau hidup. Dan ATS inilah yang nantinya menyalakan listrik tersebut, sama halnya apabila sumber listrik dari PLN kembali menyala maka mesin ATS tersebut akan mematikan generator dan kembali menghidupkan lagi listrik dari aliran PLN. Demikian ulasan mengenai rangkaian genset, semoga dapat menambah informasi bagi Anda. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Konverter, Rangkaian Bel Pintu, Rangkaian Radio Control dan Rangkaian LED Display.

Rangkaian Konverter

Rangkaian Konverter dari DC (arus searah) ke DC pada sistem tenaga listrik dewasa ini memang sangat dibutuhkan. Hal tersebut dapat kita jumpai pada berbagai alat elektronik rumah tangga disekitar kita. Salah satu alat yang berhubungan dengan tegangan DC tersebut diantaranya adalah konverter DC ke DC. Dengan rangkaian konverter DC ke DC tersebut, kita dapat membuat dan juga memiliki konverter yang dapat menyuplai sistem catu daya pada mobil. Rangkaian ini merupakan salah satu jenis rangkaian elektronika daya yang dapat berfungsi sebagai mengkorversi tegangan masukan searak konstan menjadi tegangan keluaran searah yang bisa divariasikan berdasarkan perubahan duty cycle pada rangkaian control.

Sumber tegangan DC dari dari konverter DC ke DC bisa diperoleh dari baterai ataupun dengan menyearahkan sumber tegangan AC yang kemudian dihaluskan dengan filter kapasitor yang dapat mengurangi riak (ripple). Secara garis besar, rangkaian konverter DC ke DC ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu tipr linier dan juga tipe peralihan (switching). Pengubah daya DC ke DC dengan tipe peralihan atau yang dikenal juga dengan DC chopper ini dapat dimanfaatkan, terutama dalam penyediaan tegangan keluaran DC yang bervariasi besarannya sesuai dengan permintaan beban.

Gambar Skema Rangkaian Konverter

Rangkaian Konverter

Komponen yang digunakan dalam menjalankan fungsi penghubung tersebut yaitu switch (solid state electronic switch), misalnya seperti Thyristor, IGBT, MOSFET dan GTO. Berdasarkan pada arah aliran arus tegangannya, DC chopper diklasifikasikan menjadi lima bagian, yaitu DC Chopper kelas A, DC Chopper kelas B, DC Chopper kelas C, DC Chopper kelas D dan DC Chopper kelas E. Rangakaian konverter DC ke DC secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yakni yang terisolasi dan tak terisolasi, atau dengan istilah direct converter untuk tak terisolasi dan indirect converter untuk terisolasi.

DC Chopper sendiri memiliki kelebihan, yaitu pada pengubah daya secara jauh lebih efisien dan pada pemakaian komponen yang lebih kecil. Akan tetapi dalam penggunaan switching pada DC chopper tersebut dapat menimbulkan adanya harmonisasi pada sisi number ataupun pada sisi keluarannya itu sendiri. Demikian artikel mengenai rangkaian konverter, semoga bermanfaat. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Bel Pintu, Rangkaian Radio Control, Rangkaian LED Display dan Rangkaian Lampu Hias.

Rangkaian Bel Pintu

Rangkaian Bel Pintu kali ini menggunakan bel pintu polyponik, dimana skema yang digunakan berupa rangkaian elektronik berbentuk bel yang dapat menghasilkan atau mengeluarkan suara pada saat bel ditekan. Bunyi yang yang dihasilkan tersebut dibangkitkan oleh multivibrator 01-02. Untuk multivibrator ini dikendalikan oleh register IC1. Untuk keperluan IC1 tersebut, maka jalan keluar dari IC1 harus dihubungkan pada multivibrator melalui potensiometer P1 hingga P4 serta dioda D1 hingga D4. Register akan segera melangsungkan informasi yang diterima pada jalan masuk D saat berlangsungnya tebing negatif dari bunyi bel (clock impulse), maka secara berurutan multivibrator dikemudikan melalui P1 hingga P4.

Nantinya D1 hingga D4 akan berguna untuk mengisolasi jalan keluar pada saat jalan keluar bertaraf rendah atau nol (0). Bunyi- bunyi bel bagi register dihasilkan oleh isolator yang dibangun dengan NAND 3 dan NAND 4. Sedangkan kondensator-kondesator C5 dan C6 menentukan periode atau waktu (jarak antara satu nada dengan nada berikutnya). Apabila pada rangkaian bel pintu saklarnya dipencet, maka flip flop (pintu NAND 1 dan NAND 2) diset atau dihidupkan, dan osilator (NAND3 dan NAND 4) dinyalakan.

Gambar Skema Rangkaian Bel Pintu

Rangkaian Bel Pintu

Pada saat pertama kali dinyalakan, jalan masuk D dari IC1 terdapat sinyal satu (1) karena Q3 tersumbat. Bunyi bel pertama akan menggeser taraf (1) tersebut ke jalan keluarnya, maka katoda D1 memperoleh potensial positif, sehingga Q3 menghantar hal ini menyebabkan jalan masuk D berubah menjadi nol (0) sehingga untuk selanjutnya hanya ada satu (1) yang bergeser pada register geser IC1. Pada rangkaian bel pintu polyponik ini, pada saat denyut bel yang ke empat (4), maka jalan keluar 9 menjadi 1, dan 8 menjadi 0. Maka flip-flop (NAND 1 dan NAND 2) di reset atau dilepas dan osilator (NAND 3 dan NAND 4) dimatikan.

Kuat tidaknya bunyi dapat di atur dengan R12, dan besar R12 dapat dicoba melalui percobaan. Namun jumlah perlawanan pengeras suara dan juga R12 jangan sampai kurang dari 8 ohm. Nada-nada nantinya yang keluar (mi-do-re-sol) dapat diganti urutannya dengan cara mengubah potensio-potensio P1 dan juga P4. D5 serta D6 bekerja agar tebing-tebing denyut nada menjadi curam, dengan begitu nada yang dihasilkan akan terasa lebih jernih. Sedangkan C3 dan C4 berguna untuk mencegah timbulnya osilasi liar. Demikian sedikit info mengenai rangkaian bel pintu kali ini, semoga dapat menambah wawasan kita. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Radio Control, Rangkaian LED Display, Rangkaian Lampu Hias dan Rangkaian Senter LED.

Rangkaian Radio Control

Rangkaian Radio Control biasa digunakan pada mobil mainan atau remote mobil mainan. Biasanya, frekuensi yang dipakai pada renote control tersebut memiliki frekuensi rata-rata 27 Mhz. Untuk transmiter kita gunakan yang sederhana, pemancar 27 Mhz tanpa kristal. Ketika sirkuit tidak mempunyai kristal, osilator dapat dikatakan bergantung voltase atau tegangan dikendalikan, dan pada saat turun tegangan suplai, terjadi perubahan frekuensi. Apabila frekuensi terlalu banyak melayang, maka penerima tidak akan mengambil sinyal. Konsep ini menunjukkan bagaimana frekuensi 27 Mhz yang menghasilkan nada dan dideteksi oleh si penerima.

IC pemancar yang terdapat pada rangkaian pemancar nantinya akan dikendalikan oleh NE 555. Sedangkan pada rangkaian penerima dikendalikan dengan frekuensi sinyal yang dipancarkan oleh rangkaian pemancar tersebut. Sinyal yang dikirimkan tersebut haruslah sama dengan decoder dari rangkaian radio control penerima. Cara membuat rangkaian tersebut, setiap kaki komponen satukan dengan menggunakan kabel kecil lalu pasang relay 6 volt DC. Pada kaki pin 1 dan pin 2 SW output dari relay tersebut, sambungkan pada lampu TL AC 220 volt, dan jangan sampai salah pemasangan.

Gambar Skema Rangkaian Radio Control

Rangkaian Radio Control

Setelah semua komponen telah terpasang dengan benar, kemudian aliri dengan tegangan supply DC 12 volt untuk rangkaian tersebut, untuk menguji apakah rangkaian ini berjalan dengan baik dan gunkan remote control apa saja seperti remote TV, dvd dan lainnya. Apabila rangkaian radio control terpasang dengan benar, maka akan terdengan bunyi dari saklar relay yang telah aktif. Setelah semuanya aktif, sambungkan stop kontak kable lampu TL AC 220 volt pada jala-jala PLN, kemudian tekan salah satu remote lalu lihat hasilnya.

Jika memang benar, lampu TL tersebut akan menyala sesuai dengan instruksi dari remote control. Apabila ingin memadamkannya, tekan sekali lagi tombol yang ada pada remote control tersebut, secara otomatis lampu tersebut akan padam. Sekali lagi, jangan sampai salah dalam pemasangan pada rangkaian, karena dapat mengakibatkan rangkaian tak dapat berjalan dengan baik. Demikian sedikit info mengenai rangkaian radio control kali ini, semoga dapat menambah wawasan Anda. Baca juga rangkaian menarik lainnya, seperti Rangkaian LED Display, Rangkaian Lampu Hias, Rangkaian Senter LED dan Rangkaian Penguat Daya.

Rangkaian LED Display

Rangkaian LED Display merupakan rangkaian lampu yang sering kita jumpai, baik lampu hias maupun lampu indikator. Rangkaian seperti ini biasa disebut juga dengan rangkaian LED running. Rangkaian ini biasanya dipasang pada setiap rangkaian, sehingga nantinya rangkaian tersebut dapat menyala secara bergantian dari LED yang satu ke LED yang lain. Jika ingin membuat rangkaian tersebut, dibutuhkan beberapa komponen elektronika sederhana, seperti rangkaian multivibroter stabil, rangkaian dikoder 4 ke 16 serta rangkaian pencacah 4 bit.

Untuk rangkaian ini dibuat dengan menggunakan IC LB1409, dimana IC tersebut merupakan chip IC yang didesain khusus sebagai driver LED 9 baris. Rangkaian tersebut berfungsi untuk memberikan indikator kuat sinyal pada audio, selian itu rangkaian LED display atau VU display LED IB1409 ini juga dapat dipasang pada output tiap pengatur nada atau sinyal radio, sehingga setiap tahapan dalam pengaturan nada dapat diketahui tngkat penguatan tegangan sinyal. Untuk merakit rangkaian ini, dapat dirakit dengan menggunakan PCB dengan tata letak komponen rangkaian VU yang telah di desain.

Gambar Skema Rangkaian LED Display

Rangkaian LED Display

Untuk rangkaian VU display 9 LED dapat di operasikan dengan sumber tegangan DC +12 volt dan juga dapat diberikan sinyal input dan output pengatur nada. Kuat lemahnya sinyal diberikan ke rangkaian VU display 9 LED IC IB1409 dapat di atur dengan menggunakan potensiometer PR2, lalu tegangan referensi display sinyal audio dapat ditentukan dengan menggunakan potensiometer PR1. Kedua potensiometer diperlukan agar dapat menyalakan LED yang sesuai dengan tingkat sinyal audio yang diberikan oleh rangkaian LED display atau VU display IB1409 tersebut.

Rangkaian LED display ini merupakan rangkaian satu channel, sehingga untuk menampilkan kuatnya sinyal audio stereo perlu dibuat dua unit rangkaian LED display ini. Dengan sedikit modifikasi, Anda juga dapat merakit rangkaian tersebut dengan berbagai modifikasi sesuai selera Anda. Selain itu, Anda juga dapat mengimplimentasikan indikator level sinyal untuk penerimaan audio. Demikian sedikit info mengenai rangkaian LED display kali ini, semoga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan Anda. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Lampu Hias, Rangkaian Senter LED, Rangkain Penguat Daya dan Rangkaian Amperemeter.

Rangkaian Lampu Hias

Rangkaian Lampu Hias untuk kali ini akan membahas mengenai pembuatan rangkaian lampu hias berjalan. Lampu hias berjalan sendiri merupakan sebuah rangkaian elektronika yang sering dijadikan berbagai hiasan. Pada dasarnya, samua lampu hias menggunakan prinsip kerja yang sama dengan lampu berjalan pada umumnya, yaitu memanfaatkan kondisi keluaran yang bergantian atau shift register, sehingga dengan kondisi tersebut dapat dibuat kombinasi yang cukup bervariasi antara lampu yang satu dengan yang lainnya. Sebenarnya untuk membuat rangkaian ini sangatlah mudah, Anda tak perlu berpikir keras untuk menganlisa kerja pada rangkaian untuk menghasilkan hasil yang maksimal.

Yang dibutuhkan pertama kali adalah rangkaian penghasil sinyal clock dan juga rangkaian penghasil keluaran atau sift register yang bergantian. Anda dapat menggunakan oscilator transistor atau dapat juga menggunakan rangkaian astable IC 555 sebagai penghsil sinyal clock. Untuk mendapatkan keluaran yang memiliki logika bergilir, dapat juga menggunakan IC 4017 yang memang paling sering digunakan dalam rangkaian lampu hias berjalan. IC 4017 sendiri memiliki 10 keluran yang tercacah secara bergiliran, yaitu mulai dari O0 (pin 3) hingga O9 (pin 11).

Rangkaian Lampu Hias

Contoh Skema Rangkaian Lampu Hias

Rangkaian lampu hias berjalan ini menggunakan sepuluh buah lampu led yang digunakan sebagai indicator keluaran. Untuk cepat tidaknya kedipan lampu ditentukan oleh nilai dari R1, C1 serta VR1. Semakin besar nilai tersebut, maka akan semakin panjang jangka waktu dan begitu pula sebaliknya. Keluaran dari IC 4017 ini memiliki supply arus yang terbatas sehingga harus ditambahkan dengan rangkaian driver sebagai switching pada arus beban yang lebih besar. Selain itu, pada rangkaian lampu hias ini, rangkaian driver tersebut bisa menggunakan transistor, relay maupun SCR.

Apabila menggunakan SCR, maka terlebih dahulu menyearahkan supply PLN 220 volt dengan menggunakan rangkaian penyearah, selain itu dapat pula menggunakan dioda 4007 sebanyak empat buah untuk membuat rangkaian penyearah tersebut. Namun apabila menggunakan relay, maka tidak perlu menyearahkan dari tegangan jala-jala 220 volt. Demikian sedikit ulasan mengenai rangkaian lampu hias khususnya lampu hias jalan, semoga dapat menginspirasi Anda. Baca juga rangkaian menarik lainnya, seperti Rangkaian Senter LED, Rangkaian Penguat Daya, Rangkaian Amperemeter dan Skema Rangkaian TV.

Rangkaian Senter LED

Rangkaian Senter LED untuk saat ini memang menjadi lampu paling trendi, cahaya terang dengan warna putih yang dihasilkannya memang menjadi isu di masa depan untuk menggunakan peralatan rumah yang mewajibkan ramah lingkungan, biak berupa bahan dasar maupun setelah masa pakai habis. LED sendiri termasuk dalam jenis dioda semi konduktor yang hingga saat ini banyak digunakan di dunia elektronika, terutama digunakan sebagai indikator. Dan seiring dengan perkembangan waktu, kini LED banyak digunakan sebagai penerangan pengganti lampu neon maupun lampu pijar yang membutuhkan daya yang cukup besar. Selain dinilai lebih awet, daya yang dibutuhkan LED jauh lebih kecil sehingga sangat hemat terhadap penggunaan energi listrik.

Rangkaian Senter LED

Contoh Skema Rangkaian Senter LED

Berbeda halnya dengan lampu pijar ataupun lampu neon, LED memiliki kecenderungan plorarisasi yang memiliki kutub positif dan kutub negatif, sehingga apabila ingin menghidupkan lampu LED harus diberi arus maju (forward). Pada rangkaian senter LED ini, apabila diberi arus terbalik (reverse) maka chip yang terdapat di dalam LED tidak akan mengeluarkan emisi cahaya, bahkan apabila tegangan terlalu besar akan menyebabkan senter LED tersebut akan rusak. Tak hanya itu, walaupun LED diberikan arus maju akan tetapi arusnya terlalu besar maka LED juga akan cepat rusak. Maka dibutuhkan tahanan (resistor) untuk membatasi arus. Setiap warna pada LED memiliki karakteristik tersendiri, seperti besarnya drop tegangan dan arus yang dibutuhkan untuk membuat chip yang terdapat di dalam LED menghasilkan emisi cahaya.

Semakin tinggi terang yang dihasilkan oleh jenis LED, maka semakin besar pula drop tegangan dan arus yang dibutuhkannya. Karena perbedaan karakteristik itulah, maka membuat rangkaian seri agar LED menyala dengan normal. Namun cukup sulit, pasalnya besarnya cahaya yang dihasilkan akan mengalami perbedaan, bahkan pada setiap bagian lampu LED dapat tidak menyala atau redup. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, LED yang berwarna beda harus dipasang secara paralel dengan resistor pembatas yang disesuaikan dengan kebutuhan arus pada LED. Demikian info mengenai rangkaian senter LED kali ini, semoga dapat bermanfaat bagi Anda semua. Baca juga rangkaian menarik lainnya, seperti Rangkaian Penguat Daya, Rangkaian Amperemeter, Skema Rangkaian TV dan Rangkaian KWH Meter.

Rangkaian Penguat Daya

Rangkaian Penguat Daya merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk menguatkan atau memperbesar sinyal masukan. Akan tetapi, proses yang terjadi sebenarnya adalah sinyal input direplika atau di copy lalu kemudian direka kembali menjadi sebuah sinyal yang lebih besar dan tentunya lebih kuat. Penguat daya biasanya digunakan pada rangkaian elektronika sebagai penguat sinyal informasi sebelum dikirmkan, sehingga penguat daya ini sangat penting, mengingat informasi yang dikirimkan dapat langsung sampai ke tujuan tanpa ada yang terhilang di tengah jalan.

Salah satu contoh yaitu penguat daya audio (power aplifier) yang merupakan pesawat elektronika yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal suara yang berasal dari tape recorder, radio, CD player, preamp mic atau sebagainya. Pada saat tertentu alat elektronika tersebut nantinya akan mengalami penurunan akibat seringa digunakan atau lainnya, penurunan tersebut dapat berupa kekuatan suara yang keluar dari perangkat tersebut. Agar pada rangkaian penguat daya kembali memiliki output besar, maka harus didorong dengan perangkat tambahan.

Rangkaian Penguat Daya

Gambar Skema Rangkaian Penguat Daya

Hal tersebut tentunya membutuhkan power amplifier atau penguat daya. Dengan menggunakan penguat daya 50 watt dirancang berdasarkan diagram aplikasi lembar data LM3876. Beberapa modifikasi dari rangkaian tersebut telah dibuat agar nantinya menghasilkan kinerja yang lebih baik. Untuk rangkaian penguat daya ini dibekali dengan bipolar kapasitor elektrolitik C7 yang merupakan masukan dari DC kapasitor decoupling. R4 merupakan resistansi masukan, sedangkan R2 dan R1 dari kapasitor elektrolitik bipolar C5 membentuk rangkaian umpan balik.

Untuk C1, C2 merupakan filter / by pass kapasitor untuk rel pasokan positif, sedangkan pada C4 dan C3 adalah filter / by pass kapaistor untuk suplay negatif. Resistor mengumpan balik R2 dan menetapkan gain dari penguat. Sedangkan L1 memberikan impedansi tinggi terhadap frekuensi yang tinggi, sehingga R7 dapat memisahkan beban kapasitif. Untuk R3 adalah resistansi bisu yang dapat memungkinkan 0,5 mA yang dapat di tarik dari pin 8 untuk dapat mengaktifkan fungsi bisu OFF. S1 adalah saklar bisu, sedangkan resistor R6 dan kapasitor K8 membentuk jaringan Zobel yang dapat meningkatkan stabilitas frekuensi tinggi penguat dan tentu saja mencegah osilasi. Demikian sedikit info mengenai rangkaian penguat daya, semoga membantu. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Amperemeter, Skema Rangkaian TV, Rangkaian KWH Meter dan Rangkaian Induktor.